ANAK PUNK, PREMAN ATAU IDEALIS?
Selamat siang kawan kawan! Banjarbaru terasa cerah dan panas hari ini. Entah ingin bersyukur atau mengeluh perasaan ini bercampur bersama alunan musik Buruh Tani yang dibawakan kelompok musik marjinal yang bergenre punk. Lagu ini menarik karena banyak digunakan sebagai lagu penyemangat bagi mahasiswa yang peduli dengan dinamika negri ini, entah itu mahasiswa sebelum reformasi ataupun mahasiswa milenial hari ini.
Walaupun saya membuka artikel ini dari sebuah lagu yang katanya sakralnya perjuangan mahasiswa, namun saya tidak akan membahas tentang lagu ini melainkan para genre dari para penyanyinya yaitu punk.
Alasan saya ingin mengangkat genre lagu ini sebagai bahan diskusi siang ini adalah karena memang anak muda lah yang sebagian besar selalu setia menjadi pendengar ataupun bagian dari komunitas musik ini. Memang aneh, sebuah genre musik juga sebuah komunitas, namun inilah realitas musik bernada sederhana dan dibawakan dengan cadas dan tajam ini. Musik ini seakan menarik berbagai pemuda yang sedang mencari arah dengan pemikiran pemikiran yang di bawa mereka. Pemikiran pemikiran tentang sosialisme dan nasionalisme yang berorientasi pada perjuangan pemerataan kesejahteraan tanpa meninggalkan hakikat hakikat keadilan sebagai bagian dari haknya anda, mereka dan saya pribadi.
Awalnya musik bergenre ini lahir di Inggris 1970an sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap musik musik modern yang semakin lama menjadi semakin rumit, sehingga hanya sebagian orang saja yang bisa menikmati bermain musik. Musik punk kemudian hadir dengan penggunaan nada nada yang sederhana dan diiringi dengan suara khas penyanyinya yang cadas dan berat. Seiiring berjalannya waktu genre musik ini pun terus menyebar membawa revolusi musik sehingga dapat menjadi lebih mudah dijangkau setiap pencintanya. Pada perjalannya selanjutnya, musik punk masuk ke Amerika dan memulai babak baru sebagai sebuah musik yang membawa pesan pesan keadilan dan menuntut tanggungjawab para penjabat di sana.
Punk di Indonesia sendiri, hingga hari ini masih menjadi sebuah bagian dalam barisannya kaum kaum yang terpinggirkan. Tercatat beberapa kali anak anak punk ikut turun aksi bersama masyarakat dan mahasiswa, salah satu contohnya adalah saat aksi menentang reklamasi Tanjung Benoa, Bali dan aksi aksi lainnya. Selain itu mereka juga masih aktif mengeluarkan musik musik yang menggambarkan realitas masyarakat hari ini.
Kalau dilihat dari sisi ini, punk terasa seperti para pejuang yang hanya peduli akan kemaslahatan masyarakat, ya kawan kawan? Lalu bagaimana dengan kelompok pemuda yang biasanya banyak berkeliaran di kota kota besar dengan bertindik di usia yang amat muda dan minum minum alkohol? Mereka tidak menyuarakan keadilan keadilan seperti marjinal dan malah seperti anak anak yang lari dari rumah, mencemaskan orangtuanya dan tidak peduli sama sekali dengan masa depannya, lingkungan dan negaranya sendiri. Pada kasus tertentu pemerintah kota bahkan sudah sering berusaha menyekolahkan dan memberi hidup yang layak, namun mereka lebih memilih meninggalkan kesempatan untuk belajar dan lebih memilih bolos atau bahkan memilih untuk tidak bersekolah lagi. Saya tidak tahu apakah ini adalah bagian dari ideologi punk, namun menarik untuk didiskusikan tentunya.
Saya di sini tidak mau menyalahkan, namun saya yakin para pemuda pemuda ini akan jauh lebih baik jika bisa menjadi punk macam marjinal, jrx dll. Nah, bagaimana menurut kawan kawan? Silakan komen saja di bawah, saya akan sangat senang jika kawan kawan tertarik untuk berdiskusi terkait ini.
Banjarbaru, 11 Juli 2018.
Komentar
Posting Komentar